Thursday 17 September 2009

Dia

Masih dalam seri perenungan tentang pernikahan kami,.. halah "seri"....
Satu faktor penting kenapa aku merasa pernikahan kami sangat diberkati ialah: dia.

Aku menikahi seseorang yang luar biasa dan lain daripada yang lain. Walaupun aku juga gak tau yang lain itu seperti apa ya, secara dia pacar pertamaku, dan aku juga pacar pertama dia.

;p

Yup, hari gini it happened!

Dia...
Akan susah mengorek sisi egois dari suamiku. Apapun yang dia lakukan, dia selalu memikirkan yang terbaik orang lain. Aku gak tahu, tapi apakah memang semua suami melarang istrinya turun dari mobil untuk membuka/tutup pintu pagar? Dia selalu bilang, "Laisse... Tu rest tranquille" (in Indonesian: Biarin, kamu nyantai aja) dan bolak balik turun naik mobil untuk membuka pagar sementara aku duduk tenang di mobil. Sangat gak praktis, tapi selalu bikin hatiku tersentuh.

Apakah memang semua suami menelepon istrinya dari kantor minimal 3 kali sehari? Walaupun jarak kantor dan rumah hanya 15 menit berjalan kaki. Dia melakukannya, di tengah pekerjaan sesibuk apapun.


Dia...
Pinter, cerdas, banyak akal, selalu membuat gue kagum dengan pemikiran-pemikirannya.

Dia...
Bahkan setelah hampir 6 tahun menikah, aku masih merasa mules setiap kali melihat dia jalan ke arahku. He's still that goregeous.

Dia...
Bertumbuh di dalam Tuhan dengan luar biasa. Dia menjalani perannya sebagai pemimpin dan kepala di dalam keluarga. Mendukung aku ke dalam iman yang sungguh-sungguh pada Yesus.

Dia...
Bisa membuat gue sakit perut seharian dengan jokesnya yang orisinal dan lucu.

Dia...
Gak pernah membuatku bosen.

Dia...
Adalah satu bukti Tuhan mampu menjawab doa-doaku "exceedingly abundantly above all that we ask or think" (Efesus 3:20)

He's an answered prayer. An overanswered one.

Yang membuat aku yakin, Tuhan juga pasti akan menjawab semua doa-doa kami. Dan ketika jawaban itu datang, adalah jawaban yang melampaui segala yang kita doakan dan pikirkan. Haleluyah.